Blogger templates

Popular posts

DPRP akan Panggil PSSI Papua

JAYAPURA - Kisruh di kubu PSSI, terutama antara tim 78 dengan tim normalisasi yang sampai saat ini belum ada kata sepakat terkait kongres PSSI, hingga berdampak akan jatuhnya sanksi dari FIFA ke PSSI turut menjadi perhatian serius wakil rakyat di DPR Papua.


Jika FIFA benar-benar menjatuhkan sanksi ke PSSI dan nantinya akan berdampak pula pada perkembangan prestasi sepak bola di tanah Papua, maka DPRP berencana akan memanggil Pengprov PSSI Papua.

Hal ini seperti yang diungkapkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP), Kamasan Yakob Komboy dan Sekretaris Komisi E DPR Papua yang membidangi olahraga, Kenius Kogoya,SP saat ditanya Cenderawasih Pos, Senin (23/5) kemarin.

Kamasan Yakob Komboy yang akrab disapa Jack Komboy ini meminta secepatnya ada penyelesaian atas persoalan ini, sehingga tidak berdampak pada prestasi sepak bola secara nasional, termasuk sepak bola Papua, apalagi prestasi Persipura saat ini sedang bagus di kancah internasional.

Menurut Jack Komboy, jangan karena persoalan ketua umum PSSI pusat kemudian mengorbankan sepak bola nasional. “Siapapun yang menjadi ketua umum PSSI, yang penting bisa memajukan sepak bola Indonesia. Saya berharap jangan sampai persoalan ini berlanjut, yang berakibat fatal bagi PSSI, malah sepak bola Indonesia yang rugi,” tutur mantan defender Persipura ini.

Terkait dengan adanya perwakilan dari Pengprov PSSI Papua yang terlibat dalam tim 78 yang mendukung George Toisutta dan Arifin Panigoro, yakni Sekretaris Umum PSSI Papua Usman Fakaubun, Jack Komboy berharap agar Usman Fakaubun segera memberikan klarifikasi, apakah dirinya mewakili organisasi Pengprov PSSI Papua ataukah atas nama pribadi saja.

“Usman Fakaubun harus memberikan klarifikasi dalam waktu dekat ini, jika keputusannya atas nama pribadi, maka kami minta ketua umum Pengprov PSSI Papua yakni Gubernur Barnabas Suebu, untuk segera memanggil yang bersangkutan untuk menanyakan hal tersebut,” tegasnya.

Bahkan, lanjut Jack Komboy, jika sampai ulah dari tim 78 akhirnya berdampak pada prestasi Persipura Jayapura yang saat ini sedang bagus, maka DPRP akan memanggil Pengprov PSSI Papua untuk menanyakan hal tersebut.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Sekretaris Komisi E DPR Papua yang membidangi olahraga, Kenius Kogoya,S.P.

Pihaknya mengaku, Komisi E DPR Papua akan segera memanggil Pengurus Provinsi (Pengprov) PSSI Provinsi Papua untuk mempertanggungjawabkan dukungannya kepada Arifin Panigoro dan George Toisuta bersama Tim 78.

Sebab, katanya, FIFA sebagai organisasi sepakbola tertinggi di dunia, jauh-jauh hari telah menolak pencalonan kedua tokoh tersebut, tapi Tim 78 tetap ngotot agar FIFA menerima pencalonan keduanya sehingga menyebabkan Kongres PSSI dihentikan. Dampak dari kebuntuan Kongres tersebut FIFA nantinya menjatuhkan sanksi kepada PSSI yang juga berdampak kepada Persipura dilarang berpartisipasi dalam even-even internasional.

Dia mengatakan, Komisi E DPR Papua yang antara lain membidangi olahraga menyesalkan keputusan tersebut dan menyerukan kepada seluruh rakyat Papua mendorong reorganisasi Pengprov PSSI Provinsi Papua untuk mengganti pengurus-pengurus yang hanya mengedepankan kepentingan pribadi daripada meningkatkan prestasi sepakbola di Papua.

Ketua DPD PPRN Provinsi Papua ini menjelaskan, Pengprov PSSI Papua membutuhkan pengurus baru yang transparan dan mempunyai pemikiran membangun sepakbola Papua bukan membawa kepentingan pribadi dan mengorbankan rakyat Papua.

“Seluruh rakyat Papua harus mendukung reformasi apalagi di bidang olahraga harus menjunjung tinggi fair play,” tukasnya.

Sementara itu, informasi yang dihimpun Cenderawasih Pos dari Jakarta, ternyata utusan Pengprov PSSI Papua terpecah dalam suara, misalnya Sekum PSSI Papua Usman Fakaubun di kubu tim 78 dan beberapa pengurus teras Pengprov PSSI Papua yang lain berada di luar tim 78.

Wakil Sekretaris Pengprov PSSI Papua Stev Dumbon mengatakan, awalnya memang Pengprov PSSI Papua mendukung George Toisutta untuk mancalonkan diri sebagai ketua umum, namun setelah melihat kondisi yang beredar di mana FIFA tidak menerima calon ini, maka selaku pengurus telah merapatkan persoalan tersebut, dan meminta agar pengprov PSSI Papua tidak mencalonklan George Toisutta maupun Arifin Panigoro, tapi ternyata Sekum PSSI Papua membelok.

"Yang terjadi, dia (Usman Fakaubun,red) terus mendukung secara membabi buta, sehingga sebagian besar pengurus tidak lagi percaya dengan dirinya sebagai sekretaris PSSI Papua," lanjut Steve Dumbon dari Jakarta, tadi malam.

Menurutnya, bukan hanya pengurus PSSI Papua yang tidak lagi percaya dengan kepemimpinan Usman. Sebagian besar klub-klub yang memiliki suara dalam kongres juga tidak sejalan dengan Usman.

Usman Fakaubun sendiri ketika dihubungi Cenderawasih Pos sangat susah, padahal Cenderawasih Pos juga sudah kirim sms, tapi tidak dibalas.

Sementara itu, ancaman sanksi dari FIFA kepada PSSI membuat banyak pihak ketir-ketir dan kecewa berat. Di antaranya adalah para pemain dan mantan pemain yang tergabung dalam Asosiasi Pemain Sepak Bola Indonesia (APSI).

Kemarin siang APSI mengecam tindakan pemaksaan kehendak yang dilakukan sebagian pemilik suara saat digelarnya Kongres PSSI Jumat kemarin di Hotel Sultan Jakarta. Akibat tindak pemaksaan pihak-pihak yang punya kepentingan itu, kongres yang agenda pokoknya adalah memilih Ketum, Waketum, dan anggota Exco PSSI periode 2011-2015 deadlock.

Dalam keterangan persnya kemarin APSI bersiap menuntut para oknum "pengacau" kongres tersebut jika nantinya FIFA benar-benar menjatuhkan sanksi kepada PSSI. "Kami akan tuntut mereka yang terbukti memaksakan kehendak di kongres FIFA nanti benar-benar menjatuhkan sanksi kepada PSSI," kata perwakilan APSI, Bambang Pamungkas.

Dalam jumpa pers kemarin, selain Bambang Pamungkas, juga turut hadir sejumlah pemain Timnas Merah Putih. Antara lain Muhamad Nasuha dan Toni Sucipto. Hadir juga mantan pemain Timnas seperti Hendro Kartiko, Elly Idris, Rully Nere dan Marzuki Nyakmad.

APSI sangat berharap pemerintah turut berupaya mencegah agar sanksi tidak dijatuhkan. APSI meminta Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono berserta Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng turun tangan langsung mengatasi persoalan ini.

Tapi Bambang Pamungkas menegaskan jika pemain tidak akan larut dan terlibat dalam perselisihan pihak-pihak tertentu. "Kami di tengah-tengah saja. Tidak di pihak mana pun. Kami hanya pemain yang terjun langsung di lapangan. Kami sangat berharap usaha kami dihargai. Kami sangat berharap Indonesia tidak di-suspend FIFA. Jika disanksi dampaknya sangat tidak bagus bagi para pemain," lanjut kapten timnas itu.

Irawadi Hanafi, koordinator APSI pesimis jika INdonesia bisa lolos dari sanksi. Itu didasarkan pada kecaman, caki maki, dan arogansi lainnya yang dilakukan beberapa pemilik suara di kongres yang dihadiri perwakilan FIFA dan AFC. Perwakilan FIFA Thierry Regenass sampai geleng-geleng dan menjambak jambak rambutnya melihat ulah sebagian pemilik suara di kongres.

"Tanpa menghina FIFA di depan umum, Brunei Darussalam, Bosnia dan Yunani, mereka di-suspend. Apalagi, kita yang menghina FIFA di depan umum," ujar Irawadi Hanafi.

APSI adalah pihak kesekian yang berecana menggugat "pengacau" kongres jika turun sanksi dari FIFA. Sebelumnya mantan Menteri Pemuda dan Olahraga yang juga mantan calon Ketum PSSI Adhyaksa Dault dan anggota KN FX Hadi Rudiatmo pernah mencetuskan hal serupa.

Menanggapi adanya rencana pihak-pihak yang akan menggugat, kelompok 78 yang menjadi sasaran bersikap santai. Salah satu pentolan kelompok 78 Hadiyandra mepersilahkan siapa saja melakukan gugatan. "Monggo. Silahkan mereka menggugat. Tapi pertanyaannya nanti ada sanksi atau tidak," kata Hadiyandra saat dihubungi Koran ini.

Sekum Pengprov PSSI Jambi ini menyatakan apa yang dilakukan oleh mayoritas pemilik suara semuanya sesuai aturan. "Kalau kita menjalankan aturan, sanksi pasti akan jauh. Pemberi sanksi juga punya dasar-dasar. Atas dasar apa kita diberi sanksi. Melihat kongres kemarin, apa layak kita dijatuhi sanksi - saya rasa tidak," ungkap Hadiyandra.

Menurut Hadiyandra, saat ini pemilik suara masih menunggu perkembangan yang terjadi karena kongres PSSI belumlah selesai. "Saat ini kita tidak tahu apakah kongresnya akan diulang atau bagaimana. Kita berharap ini segera diselesaikan. KN harus bertanggungjawab sampai terpilihnya kepengurusan baru," ungkapnya.

Seandainya ada sanksi Hadiyandra juga yakin itu tidak akan lama. "Dalam dua hari sanksi bisa dicabut. Tapi resminya pencabutan memang dalam kongres FIFA. Itu sama dengan statute PSSI. Saya rasa kita terlalu kaku dan ada semacam pembodohan bahwa kalau ada sanksi maka sanksi itu akan berlaku minimal satu tahun. Padahal tidak. Hari ini sanksi besok pun bisa dicabut lagi," terangnya.

Sementara itu, kemarin sore KN menggelar press conference di kantor PSSI. Di hadapan media Ketua KN Agum Gumelar kembali mereview apa yang sebenarnya terjadi di kongres Jum?at lalu. Semua rangakain yang yang terjadi sebelum hingga kongres menurut Agum segera dilaporkan ke FIFA.

"Pada 27 Mei saya dan pak Joko Driyono akan berangkat ke Zurich dalam rangka menghadiri undangan kongres FIFA pada 1 Juni. Kami akan Exco FIFA akan bersidang pada 30 Mei. Kami akan melobi sebisa mungkin agar pada 29 Mei bisa ketemu Presiden FIFA Sepp Blatter untuk menjelaskan secara langsung apa yang terjadi," kata Agum. "Berhasil atau tidak ini perjuangan yang akan kita lakukan. Jika berhasil itu adalah keberhasilan kita bersama," jelas Agum.

(www.cenderawasihpos.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar